Bagian akhir dari cerita sekolah ini adalah kisah yang mengawali saya ke tempat ini. Saya berkunjung ke sekolah ini untuk bersilaturahmi dengan warga sekolah, khususnya bu Yelsi. Hari itu jadwal saya mengobservasi bu Yelsi saat mengajar di kelas.
Bu Yelsi mengajar di kelas 3, siswanya tak lebih dari 10 orang. Tepatnya hanya 8 orang siswa. Awalnya saya kaget melihat siswanya yang sedikit, jauh berbeda dengan sekolah lain yang saya kunjungi yang siswanya bisa mencapai 40 orang dalam satu rombel (rombongan belajar).
Saat saya tanya mengapa siswanya sedikit, bu Yelsi menjawan karena memang penduduk sekitar daerah situ tidak terlalu banyak, selain itu juga ada madrasah yang letaknya tak jauh dari sekolah tersebut, jadi wajar siswa kami sedikit mb El, ujarnya.
Saat saya tanya mengapa siswanya sedikit, bu Yelsi menjawan karena memang penduduk sekitar daerah situ tidak terlalu banyak, selain itu juga ada madrasah yang letaknya tak jauh dari sekolah tersebut, jadi wajar siswa kami sedikit mb El, ujarnya.
Disisi lain, ada yang lebih menarik untuk diperhatikan di kelas bu Yelsi. Siswa yang hanya 8 orang bukan berarti kelasnya adem ayem atau sunyi senyap. Kelasnya rame, banyak pajangan, dan siswanya aktif, tak malu-malu walau ada orang luar yang datang berkunjung. Bahkan siswa kelas lain sampai ngintip lewat jendel karena selalu penasaran saat bu Yelsi mengajar. "Apa sih yang dikerjakan kelas 3, sepertinya kelasnya selalu hidup(rame) walau hanya 8 orang". Mungkin seperti itu pikiran mereka hingga rela ngintip kegiatan temannya lewat jendela kelas.
Saya pun tak menyangka, di kelasnya bu Yelsi sudah menerapkan hal-hal yang kami berikan saat pelatihan. Baik itu membuat display kelas, menggunakan model-model pembelajaran, dan membuat media pembelajaran.
Seperti saat itu. Kelas bu Yelsi sudah ramai dengan display kelas, baik display pembelajaran maupun display afirmasi. Saat mengajar pun bu Yelsi mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Kebetulan pelajaran hari itu adalah pelajaran IPA tentang sifat-sifat benda.
Bu Yelsi memulai pembelajaran dengan apersepsi menyanyi. Kemudian membagi siswanya menjadi 3 kelompok. Beliau menjelaskan ini adalah kelompok awal. Setiap anggota kelompok mendapat nomor kepala 1-3 sesuai jumlah anggota kelompok. Lalu bu Yelsi meminta untuk kelompok yang bernomor 1, berkumpul dengan anggota kelompok lain yang bernomor sama
Begitu selanjutnya. Kemudian terbentuklah kelompok model kedua, ini namanya kelompok ahli. Kelompok ahli ini masing -masing diberi nama kelompok padat, cair, dan gas. Tugas kelompok ahli ini adalah mengujicobakan beberapa percobaan sederhana untuk mengetahui sifat-sifat benda. Kelompok padat mengujicobakan benda padat (batu,kayu,) kelompok cair (air), kelompok gas (balon). Mereka di pandu oleh bu Yelsi dan tak lupa Lembar Kerja Siswa sebagai panduan untuk melaksanakan uji coba sederhana tersebut.
Begitu selanjutnya. Kemudian terbentuklah kelompok model kedua, ini namanya kelompok ahli. Kelompok ahli ini masing -masing diberi nama kelompok padat, cair, dan gas. Tugas kelompok ahli ini adalah mengujicobakan beberapa percobaan sederhana untuk mengetahui sifat-sifat benda. Kelompok padat mengujicobakan benda padat (batu,kayu,) kelompok cair (air), kelompok gas (balon). Mereka di pandu oleh bu Yelsi dan tak lupa Lembar Kerja Siswa sebagai panduan untuk melaksanakan uji coba sederhana tersebut.
Pembelajaran berjalan dengan lancar, sesekali mereka bertanya pada bu Yelsi, lalu kembali melanjutkan uji coba sederahana dan manyimpulkan tentang sifat-sifat benda, tak lupa mencentang hasilnya di LKS. Setelah percobaan selesai, mereka kembali pada kelompok awal dan setiap anak menjelaskan pada temannya tentang percobaan yang dilakukan dan menyimpulkan sifat-sifat benda. Terakhir, penyimpulan pembelajaran yang dilakukan bersama-sama dengan menempel kartu yang bertuliskan sifat benda pada sebuah display yang bergambar balon udara.
Semua siswa bisa melakukannya, semua siswa paham karena mereka melakukan dan menyimpulkan sendiri dari percobaan yang dilakukan. Semua siswa pun aktif, guru juga tak sampai habis suara karena harus menjelaskan panjang lebar di kelas. Tapi dengan metode yang tepat, siswa aktif, guru juga memfasilitasi maka siswa pun paham pembelajaran.
Begitulah kelas bu Yelsi hari itu. Jumlah siswa yang sedikit bukan berarti adem ayem,. Sekolah yang jauh dari kota bukan berarti guru asal mengajar, tapi bu Yelsi telah membuktikan dedikasinya sebagai seorang guru. Guru yang tak hanya mengajar, tapi guru yang mampu menjawab rasa ingin tahu siswa, guru yang bisa mendidik siswanya.
#ODOP
#Harike-3
#Harike-3
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon