Inspirasi dari Guru Hairul ( Catatan perjalanan Literacy Awards Baznas &Republika Bagian )



“Guru adalah pemimpin , maka konsistenlah memberi keteladanan” – Asep Sapa’at. Saya teringat quote ini ketika mendengar cerita dari pak Hairul, salah satu peserta dari  25 besar finalis Literacy Award BAZNAS & Repubika .

Malam itu, saat diskusi kepenulisan bersama pak Syahrudin El Fikri, pak Hairul menceritakan pengalamannya saat disupervisi oleh pengawas.  Saat disupervisi, pak Hairul tidak mendapatkan nilai sempurna. Padahal Pembelajaran yang dilakukan sudah menyenangkan, metode yang digunakan sudah baik, alat peraga pun dipakai.

Menurut pengawas tersebut, satu hal yang belum dilakukan oleh pak Hairul adalah tidak  membawa satu buah buku yang sudah dibaca ke dalam kelas untuk ditujukkan kepada siswa. Mengapa harus ditunjukkan? Tujuannya untuk mengajak siswa membaca buku. Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk mengkampanyekan gemar membaca dan menunjukkan bahwa seorang guru pun harus membaca buku untuk dapat mengajar dan mendidik  para siswa.

Ini adalah salah satu bentuk contoh/keteladanan yang ditunjukkan seorang guru.  . Guru harus memulai dulu membaca buku dan mencintai buku agar bisa mengajak peserta didik untuk gemar membaca. Bisa dibayangkan jika guru hanya menyuruh tanpa memberi contoh yang nyata pasti hal yang diminta (membaca) tak akan berhasil. Kalaupun ada yang mengikuti, paling satu atau dua anak saja.  Jangan sampai kita, sebagai seorang guru seperti yang dikatakan dalam ayat “… Kaburo maqtan “indallahi antaquuluuna malaa taf’aluun”, “ mengapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan”.  

Bagaimana mungkin siswa bisa gemar membaca/ berliterasi , sementara guru  tak peduli pada buku. Apalah artinya. Sama saja dengan Tong Kosong nyaring bunyi-nya. Guru berkoar-koar meminta siswa untuk membaca, namun dirinya “alergi” pada buku, maka jangan harap kampanye literasi bisa berhasi dan budaya membaca peserta didik bisa meningkat. Sekali lagi saya ingin tekankan, para guru harus memberi keteladanan kepada siswanya, karena jika guru tak mampu memberi teladan maka kemanakah siswa mencari sosok idola yang baik di kelas mereka?

- Selamat Hari Pendidikan Nasional 2017 -

Bogor, 2 Mei 2017
Ditulis saat menanti air mengalir lewat kran-kran yang kosong sejak subuh tadi.

Previous
Next Post »

2 komentar

Write komentar
Imron Fhatoni
AUTHOR
13 Mei 2017 pukul 09.00 delete

Selamat bersahabat. Salam

Reply
avatar
13 Mei 2017 pukul 09.42 delete

Salam balik. Terimkasih sudah berkunjung.

Reply
avatar