Tentang bahasa Menyapa

"Mbak dari mana?"
"Dari Mataram"
"Mau cari siapa di sini?"
"Mau silaturahmi"
"Ooh, temanku yang tadi namanya evi, dia pemalu kalau lihat orang baru"
"Oohh," sambil tersenyum melihat polah anak ini. Tumben ada anak sekolah yang berani menyapa orang baru dengan akrabnya.
"Nama mbak siapa?" Tanyya lagi
"Nama saya ely". Kalau kamu namanya siapa?
" nama saya Piki"
"Piki kelas berapa"
"Kelas 6".

Percakapan berhenti saat temannya yang bernama Evi datang. Evi datang dengan senyum malu-malu. Apa ada yang salah dengan Piki? Pikirku dalam hati

Baru kali itu saya di sapa seorang siswa dengan tiada malu. Maksud saya dengan keberanian yang luar biasa. Siswa ini begitu akrab dan percaya diri menyapa kami yang baru tiba di sekolahnya. Kebetulan hari masih pagi. Para siswa juga baru berdatangan ke sekolah. Piki-lah yang menyaapa kami. Itulah yang membuat sedikit aneh.

Dia menyapa dengan intonasi dan penggunaan bahasa yang baik dan benar. Sehingga terdengar asing di telinga saya. Tumben. Anak kelas 6 yang saya temui sePD ini berbicara bahasa Indonesia dengan lancar dan formal. Ada apa dengannya?

Setelah selesai upacara bendera dan berkenalan dengan bapak Kepala Sekolah, kami pun ikut belajar di kelas 6, kelasnya Piki. Kebetulan wali kelasnya adalah salah satu peserta pelatihan kami. Mulailah observasi dilakukan.

Hari itu, pelajarannya matematika. Tapi, pak Suadi, sang guru menjelaskan dengan bahasa Indonesia full. Tanpa diselingi dengan bahasa daerah yang biasa kami temui dilakukan guru yang lainnya. " Oh mungkin ini sebabanya, pikirku".

Setelah selesai, kami pun merefleksi pembelajaran. Kejadian tadi pagi saya ceritakan pada pak guru tersebut. " Oh memang, saya membiasakan mereka memakai bahasa Indonesia di kelas. Niatnya memang agar mereka terbiasa berbahasa Indonesia, dan semoga mereka bisa lebih memahami soal-soal ujian nantinya". Beliau juga menyampaikan kalau siswa yang menyapa kami tadi memang siswa yang pernah ikut lomba sampai tingkat provinsi.
"Wow, keren anaknya, pikirku. Pantesan PD sekali dia.

Saya juga salut pada sang guru yang mulai membiasakan memakai bahasa Indonesia di kelas. Semoga semakin ditingkatkan. Karena, di  beberapa tempat sering kami temui kendala guru dalam mengajar justru salah satunya adalah kendala bahasa. Siswa belum sepenuhnya mengusai bahasa Indonesia, tentu karena itu bukan bahasa " ibu" mereka. Sehingga sering para guru harus mengajar dengan 2 bahasa. Bahasa ibu (daerah) dan bahasa Indonesia.

Previous
Next Post »

1 komentar:

Write komentar