Sebut saja namanya Rey (bukan nama sebenarnya). Siswa laki-laki paling bongsor di kelas 3 ini. Pertama kali memasuki kelasnya, mataku langsung tertuju padanya. Melihat caranya duduk dan mencantolkan sebatang pensil di telinganya membuat mataku tak lepas darinya.
Benar saja, Rey begitu mengusai kelasnya. Teman-temannya begitu "patuh" padanya. Jika ada yang mencoba melawan, "bahasa aneh" tak segan-segan meluncur dari mulut mungilnya.
Hari itu pelajaran IPS, tentang kegiatan ekonomi yang dilakukan penduduk berdasarkan kondisi alam. Ibu guru Rey membawa sebuah maket bentuk-bentuk alam yang dibuat sendiri dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar. Kreatif ibu guru kita yang satu ini. Sebagian besar siswa takjub melihat maket tersebut dan tak sabar ingin melihat dan merabanya.
Tapi, bagaimana dengan Rey? Dia tidak tertarik sama sekali. Setelah lari maju sekilas menengok maket yang di bawa sang guru, "ah, hanya terbuat dari bungkus telur" cibirnya.
"Apa maunya anak ini?" pikirku.
Pelajaran terus berlanjut. Jika siswa yang lain tekun dan semangat mengikuti pelajaran sang guru, Rey tidak. Beberapa kali dia berhasil mencandai temnnya. Entah merebut pensil, atau nyeletuk pada penjelsan sang guru. Sepertinya Rey sudah biasa menjadi "penguasa " dalam kelasnya.
Selesai pelajaran, ku coba ajak Rey untuk berbincang. Dari caranya berbicara, sudah jelas dia kurang diperhatikan. Cara berbicara dan tata krama jangan ditanya. Terlahir dari keluarga yang berpisah tentu menjadi salah satu penyebabnya. Rey kini tinggal hanya dengan ibunya yang seorang pedagang. Tahun ini adalah tahun ke-3 dia di kelas 3. Ooh, pantas saja dia begitu menguasai teman sekelasnya yang 2 tahun di bawahnya. Saat kutanya mengapa sering tak naik kelas, dengan santai dia menjawab, "tak pernah kumpulkan tugas". Tugas macam? Rey tak bisa ditanya detail. Dia sudah berlari keluar kelas, saling kejar dengan teman-temannya.
Saat kutanya gurunya, Rey memang seperti itu. Sudah beberapa hal yang dilakukan untuk membantunya. Hanya saja, Carpernya hari ini kumat lagi. Mungkin karena ada orang baru terang sang guru.
***
Bagi seorang guru tentu menghadapi siswa seperti Rey pernah ditemui. Siswa dengan " kebutuhan khusus". Bukan karena kekurangan fisik tetapi lebih kepada kurangnya perhatian. Terutama perhatian dari keluarga atau rumah. Semoga sebagai guru, kita bisa mengerti hal itu. Dan bisa membantu kekosongan yang dirasakan anak-anak seperti Rey lewat sekolah dan kelas yang humanis.
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon