![]() |
Foto by google |
Siang itu disebuah kelas . . .
Guru : Oke, setelah pak guru jelaskan, sekarang kita akan latihan secara berkelompok, siap?
Siswa : siap Pak guru !
Pak guru : (membagi kelas menjadi beberapa kelompok)
Setelah siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing, pak guru terebut kembali memberikan instruksi.
Guru : sekarang silakan kalian memberi nama kelompoknya dengan nama pahlawan
Siswa : (samil berteriak), A***A...A***A . . . yang lain, B****r ...b****r...
Saya : mangut-manggut sambil tersenyum kecut. dalam hati, Oh, Tuhan, apakah mereka tak tahu nama pahlawan?
Yah, mungkin hal yang pernah saya alami ini adalah kebetulan sja. Saya tidak hendak dan tidak ingin menyalahkan siapa-siapa disini. Saya tidak ingin menyalahkan guru yang pasti sudah mengajarkn nama-nama pahlawan, karena memang ada dipelajaran. Saya juga tidak ingin menyalahkan anak-anak karena ketidaktahuan mereka. Saya mencoba berbaik snagka, mungkin para siswa kita ini lupa degan pelajaran yang diberikan guru? Atau memang tokoh yang ada ditelevisi sudah terlalu dakrab dengan dunia mereka. Dunia di dalam kotak segiempat yang setiap saat menghadirkan tontonan yang bukan hanya menjadi hiburan, tetapi juga menjadi tuntunan bagi mereka. Sehingga mereka begitu hafal, apa dan bagimana jalan cerita sebuah sinetron/film dalam tivi. Begitu mudah untuk mengikuti adegan-adegan yang dilakukan oleh pratokoh idola. Begitu mudah mengikuti perkataan/dialog yang disampaikan para aktor di film/sonetron, dan ketika diminta utuk menyebutkan nama pahlawan, maka yang mereka ingat adalah nama pahlawan “kebaikan” , tokoh-tokoh protogonis, tokoh-tokoh yang kuat dalam film-film yang mereka tonton.
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon