Penulis : Irfan Hamka
Penerbit : Republika Penerbit
Tahun terbit : 2017
Jumah Halaman : 323
Membaca buku ini seperti membaca sebuah novel. Bahasanya ringan, mudah dicerna. Membacanya membuat saya membayangkan bagaimana peristiwa dari peristiwa yang dialami oleh penulis. Sejak mulai berumur 5 tahun, usia remaja, diajak ke Mekkah untuk berhaji, hingga kehidupan penulis bersama ayah beliau, Buya Hamka.
Pesan-pesan moral dan pelajaran berharga banyak ditemukan dalam buku ini. Baik masalah akidah, muamalah, dan sebagainya. Contohnya adalah bagaimana keteguhan Buya Hamka mengenai masalah akidah saat fatwa MUI tentang penyampaian ucapan natal pada non muslim.
Dalam hal muamalah bisa kita pelajari dari sikap pemaaf yang dimiliki Buya Hamka. Betatapun orang yang telah membenci, memfitnah, dan memenjarakan beliau, beliau tetap berbesar hati dan memaafkan orang-orang tersebut.
Hal lain yang dapat dipelajari adalah salah satu cara mengajar anak membaca AL Qur’an dengan memulai pelajaran dengan membaca Al Fatihah kemudian membaca ayat yang dibaca dengan berulang, hingga bisa. Baru pindah ke ayat selanjutnya.
Selain itu juga, terkait silaturahmi. Baik dengan keluarga, kerabat, tetangga, serta bagaimana memuliakan tamu. Tak ketinggalan juga cara adab makan menurut Islam, seperti menjilat tangan setelah makan.
Selain itu juga, dalam hal penyerahan diri kepada Allah. Bagaimana tawakkal kita sebagai manusia kepada Allah. Hal ini dapat kita lihat pada perjalanan haji Buya Hamka, serta dalam perjalanan kembali dari Suriah ke Mekkah. Mereka diberikan cobaan dengan beberapa peristiwa yang hampir merengggut nyawa mereka. Namun, dengan iman dan tawakkal serta dzikir kepada Allah, bahaya maut dapat dihindari. Ini tentu saja adalah bentuk palajaran amat berharga bahwa mukmin itu harus senantiasa berserah diri pada Allah.
Selain itu juga, dalam hal penyerahan diri kepada Allah. Bagaimana tawakkal kita sebagai manusia kepada Allah. Hal ini dapat kita lihat pada perjalanan haji Buya Hamka, serta dalam perjalanan kembali dari Suriah ke Mekkah. Mereka diberikan cobaan dengan beberapa peristiwa yang hampir merengggut nyawa mereka. Namun, dengan iman dan tawakkal serta dzikir kepada Allah, bahaya maut dapat dihindari. Ini tentu saja adalah bentuk palajaran amat berharga bahwa mukmin itu harus senantiasa berserah diri pada Allah.
Kelebihan buku ini merupakan salah satu buku inspiratif yang harus dibaca seorang ayah, guru, dan pendidik. Karena dalam buku ini tertuang secara implisit bagaimana gaya hidup seorang ulama besar dalam mendidik anak-anak dilingkungan keluarga, dan memimpin di lingkungan masyarakat. Gaya hidup seorang ayah, ulama yang tetap mendekatkan diri pada Rabb-nya namun tak lupa berdakwah di lingkungan masyarakat lewat ceramah, maupun tulisan. Sangat produktif. Hal itu yang harus diitiru oleh para guru saaat ini. Kegiatan literasi-membaca dan menulis- harus menjadi budaya dan gaya hidup seorang pendidik.
Jika membaca buku ini, kita dapat melihat sisi lain dari Buya Hamka, salah satu ulama, sekaligus sastrawan yang karya-karya -nya kita nikmati saat ini. Kita bisa tahu seorang Buya Hamka, walau tidak tamat sekolah, tapi tak berhenti untuk belajar, membaca buku, dan menimba ilmu dari guru-guru, orang-orang hebat pada masa itu, hingga ke Mekkah untuk mewujudkan cita-cita menjadi pendakwah (Ulama).
Sign up here with your email
2 komentar
Write komentarCakep.. Mbk elly.. Goodjob.. Insyaallah kita xusul.. Semangat yee
ReplyTerima kasih Mb Ula. Mari kita mulai menulis lagi
ReplyConversionConversion EmoticonEmoticon