"Sabar" Pelajaran Pertama bagi Penjual Online


Pagi sobat, semoga pekan ini sehat selalu.

Kali ini saya ingin cerita tentang suka duka penjual online lebih tepatnya sharing pengalaman tentang jual beli online. Teman-teman sudah biasa dong ya melakukan transaksi daring (belanja online)? Saya merasa pasti sudah biasa. Maklum, transaksi online sedang booming nya sekarang ini. Kalau beberapa tahun lalu, yang dijual online hanya barang-barang tertentu saja dan di situs-situs tertentu, kini tidak. Semua barang, dari alat elektronik, hingga cemilan buatan rumahan sudah di jual online. Bukan hanya lewat website berbayar, tapi kita buka facebook pun orang jualan bejibun. 

Nah, saya ini juga pelaku jualan online ini. Walau baru mencoba beberapa bulan dan masih belajar lah. Tetapi,  banyak pengalaman yang saya rasakan. Salah satu nya tentang pelajaran "sabar".

Mengapa sabar?

Yah, menurut saya Sabar adalah pelajaran pertama yang harus dan tetap dimiliki oleh penjual online.  Sabar untuk rajin promosi, walaupun tiap hari kadang nggak ada yang beli.
Sabar untuk meladeni calon pembeli yang walaupun sudah bertanya panjang lebar kali tinggi, namun tak jua membeli.
Termasuk sabar, ketika pesanan teman datang, lalu ketika barang nya kita tunjukkan batal membeli karena alasan-salan tertentu. Duh, penjual memang harus meluaskan tempat nih untuk si "sabar".

So, lalu  arah tulisan ini ke mana? hehehe, tenang - tenang . Seperti kalimat pertama di atas, saya akan sharing pengalaman menghadapi pembeli yang lumayan banyak tanya-tanya. 

Begini ceritanya. Siang itu, masuk notifikasi dari facebook, ada yang komentar di salah satu gambar gamis yang saya posting. Saya pun membuka nya dan ternyata ada calon pembeli yang menanyakan harga. Tak lama saya pun membalasnya dengan " cek inbox ya Mbak" . Kenapa membalas dengan kalimat seperti itu? di lain waktu semoga saya bisa ceritakan alasannya.

Saya pun mengirim pesan lewat kotak pesan ke orang tersebut. Tunggu, ditunggu setelah beberapa jam kemudian, barulah orang tersebut membalas. Membalasnya pun tak langsung memesan. Tapi, bertanya, boleh kah kerjasama. Ternyata orang tersebut ingin jadi marketer. 
saya balas dengan senang hati," tentu saja boleh". Lalu berlanjut dengan  pembicaraan syarat menjadi marketer. Nah, di sinilah rasa  " sabar" saya diuji. 

Saya pun membalas dengan menginformasikan syarat jadi marketer adalah dengan membeli salah satu gamis. Harga gamisnya sekitar 200 ribuan lah. Orang tersebut pun bilang kemahalan, dan menayakan adakah yang di bawah harga tersebut. Kebetulan, brand yang saya jual memang sedikit mahal. Tapi sesuai juga dengan kualitas nya. Barang yang harga nya di bawah 100 ribuan hanya jilbab dan pashmina instan. 

Setelah sesuai dengan harga dan budget, orang tersebut pun akhirnya memilih salah satu jilbab.  Lalu berlanjut ke proses pembayaran. Nah, ini juga salah satu ujian kesabaran. Meladeni calon pembeli yang ternyata, nggak pernah ke bank. Belum punya nomor rekening dan ATM, dan ingin transaksi "ada uang ada barang". Kemudian, saya harus menjelaskan dan meyakinkan bahwa transaksi "ada uang ada barang" tak bisa kita gunakan karena posisi kami bukanlah di lokasi yang sama. Jika berada di wilayah yang sama, tentu itu lebih baik.  Bisa kenalan dan tatap muka. Jika transaksi online (red : Belanja), maka barang pesanan pembeli akan di kirim ketika  bukti pembayaran sudah dikirim ke rekening penjual. Nah,disini juga kesabaran seorang penjual di uji untuk meyakinkan calon pembeli yang belum terbiasa transaksi online. Bahwa kita bukanlah penjual penipu. Ketika pembeli sudah membayar, tapi barang yang dibeli tak kunjung dikirim. 

Soal, meyakinkan pembeli itu pun selesai setelah saya tunjukkan testimoni dari pembeli terdahulu. Namun, orang tersebut masih bingung. Gimana cara pembayaran karena tak punya rekening. Saya memberi solusi dengan meminta berkunjung ke bank dan transaksi tranfer tunai lewat bank. Bisa juga titip tranfer lewat suami atau tetangga yang punya rekening/ ATM. Ngomong-ngomong masalah suami, tiba-tiba orang tersebut mengirim pesan lagi.
 "Saya akan izin suami dulu".
Dengan semangatnya saya membalas " Oh, silakan mbak. Seorang istri kalau mau keluar rumah memang harus izin suami". (Saya pikir maksudnya izin suami jika ingin ke Bank.
" Bukan mbak, saya belum izin ke suami kalau saya ingin beli kerudung" balasnya.
saya : Oaaalaaaa ... (kesabaran benar-benar teruji)
" Oh silakan mbak. Tapi saran saya  kalau beli kerudung dengan uang sendiri, nggak harus izin suami, sekalian bisa kasi surprise dengan penampilan yang baru"
" Oh salah mbak. itu juga harus ijin suami ". Balas orang tersebut.
karena sudah menujukkan pukul 23.00, dengan durasi chating hampir satu jam, saya pun nggk ingin berdebat. saya pun membalas   dengan " ooh iya silakan" 
Akhir yang "menggantung". hehehe.....

Yah, begitulah. Pengalaman di atas mungkin sudah biasa bagi para penjual online. Sudah diladeni pertanyaan, tapi tak kujung closing. Itu namanya belum rezeki. Yang penting adalah tetap Yakin dan sabar. Sabar menghadapi setiap calon pembeli dan juga sabar untuk belajar ilmu marketing. 

Terakhir, jika ingin membeli gamis, jilbab atau koko bisa di saya. tenang, harga sesuai kulitas kok. Penasaran dengan barang nya, silakan lihat di gambar :)







Previous
Next Post »

4 komentar

Write komentar
jalan kaktus
AUTHOR
8 Oktober 2017 pukul 09.54 delete

Whahaha....nasib penjual online....

Reply
avatar
8 Oktober 2017 pukul 10.03 delete

Saya jg hobi beli brg online... Asyik2 sedap hehehehe

Reply
avatar